Teori dan Konsep Kepribadian Keperawatan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikologi kepribadian adalah salah satu cabang dari
ilmu psikologi. Psikologi kepribadian merupakan salah satu ilmu dasar yang
penting guna memahami ilmu psikologi. Manusia sebagai objek material dalam
pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan watak yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Watak digunakan untuk memberikan penafsiran kepada
benda-benda maupun manusia.
secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian
(personality) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau
tabiat seseorang, yang mencakup pola - pola pemikiran dan perasaan, konsep
diri, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum. Dari situ lah timbul yang namanya pengetahuan, Pengetahuan adalah segala sesuatu
yang diketahui yang tersusun secara logis dan sistematis dengan memperhitungkan
sebab –akibat dan dapat untuk menerangkan gejala – gejala tertentu. Unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa
seorang manusia yang sadar, secara nyata terkandung dalam otaknya.
Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya
rasa keingintahuan dalam memahami manusia. Salah satu teori yang dijadikan
pembelajaran dalam memahami kepribadian dan watak manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa pengertian dari perilaku?
1.2.2
Apa pengertian dari kepribadian?
1.2.3
Apa perbedaan kepribadian dengan
watak dan tabiat?
1.2.4
Bagaimana kepribadian berdasarkan
pendekatan biologi?
1.2.5
Bagaimana kepribadian berdasarkan
pendekatan psikoanalisis menurut Freud, Jung, Sullivan, dan Erikson?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian dari
perilaku.
1.3.2
Untuk mengetahui pengertian dari
kepribadian.
1.3.3
Untuk mengetahui perbedaan
kepribadian dengan watak dan tabiat.
1.3.4
Untuk mengetahui kepribadian
berdasarkan pendekatan biologi.
1.3.5
Untuk mengetahui kepribadian
berdasarkan pendekatan psikoanalisis menurut Freud, Jung, Sullivan, dan Erikson.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh
dari pembuatan makalah ini yaitu:
1.4.1
Memberikan wawasan yang spesifik
untuk mahasiswa mengenai konsep dan teori kepribadian.
1.4.2
Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan
pengertian kepribadian berdasarkan pendekatan biologi dan psikoanalisis.
1.5 Metode Penulisan
1.5.1
Kajian Pustaka
Pada bagian
ini, penulis membaca buku dan literatur yang berhubungan dengan penulisan
makalah ini.
1.5.2
Internet
Pada bagian ini, penulis juga
mencari literatur yang berhubungan dengan penulisa makalah ini dari internet.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perilaku
Dari
sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri, secara
operasioanal perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang
terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut (Soekidjo, N., 1993:55&58).
Ensiclopedi
Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap
lingkunganny. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu
akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoadmodjo, S., 1997:60).
Robert
Kwick (1974), perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari. Umum, perilaku manusia pada hakikatnya
adalah proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manivestasi
hayati bahwa dia adalah makhluk hidup (Sri Kusmiati & Desminiarti, 1990:1).
Menurut Drs. Sunaryo, yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang
timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung.
Jadi,
periaku individu adalah manifestasi dari kepribadian yang di miliknya sebagai
perpaduan antara faktor genetik dan lingkungan.perilaku individu tidak ada yang
sama karena adanya perbedaan kepribadian yang di miliki individu, yang di
pengaruhi oleh aspek kehidupan, seperti pengalaman, usia, watak, tabiat, sistem
norma, nilai, dan kepercayaan yang di anutnya.
2.2 Pengertian Kepribadian
Konsep
kepribadian merupakan konsep yang luas, tetapi secara sederhana istilah
kepribadian mencakup karakteristik parilaku individu. Setiap individu memiliki
kepribadian yang unik yang dapat di bedakan dengan individu lain. Berikut ini
adalah beberapa pengertian kepribadian menurut para ahli :
1.
Theodore R. Newcombe, menjelaskan
bahwa keperibadian adalah organisasi sikap-sikap yang di miliki seseorang
sebagai latar belakang sebagai perilaku.
2.
Yinger, berpendapat bahwa
kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sisitem
kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
3.
Koentjaraningrat, berpendapat bahwa
kepribadian adalah ciri-ciri watak yang di perlihatkan secara konsisten dan
konsekuen sehingga seorang individu memiliki suatu identitas yang khas dan
berbeda dari individu lain.
4.
Robet Sothirland (dkk), mengenggap
bahwa keprbadian merupakan abstark individu dan kelakuannya sebagaimana halnya
dengan masyarakat dan kebudayaan dengan demikian kepribadian di gambarkan
sebagai hubungan saling mempengaruhi antara tiga aspek tersebut.
5.
Roucek dan warren, menjelaskan bahwa
kepribadian adalah organisai faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis
yang mendasari perilaku individu.
Kesimpulan dari berbagai devinisi
tersebut dapat di katakan bahwa kepribadia sesungguhnya merupakan integrasi
dari kecenderungan seseorang untuk berperasaan, bersikap, bertindak, dan
berprilaku sosial tertentu. Dengan demikian, kepribadian memberi watak yang
khas bagi individu dalam kehidupan sehari-hari. Kepribadian bukanlah preilaku
namun kepribadianlah yang membentuk prilaku manusia, sehingga dapat di lihat
dari cara berfikir, berbicar, atau berprilaku. Kepribadian lebih berada dalam psikis (jiwa) seseorang
yang di perlihatkan dalam perilaku. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan
sikap sesorang yang khas dan berkembang apabila berhubungan dengan orang lain.
2.3 Perbedaan Kepribadian dengan Watak dan Tabiat
Kepribadian,
watak, dan tabiat mengandung pengertian yang sering tumpang tindih dan sering
tertukar, oleh karena itu perlu diberikan penjelasan lebih lanjut mengenai
pengertian dari kepribadian, watak, dan tabiat. Berikut adalah penjelasaannya:
·
Kepribadian (Personalitas)
Salah satu
pengertian kepribadian adalah “bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan
bagi individu lain” atau “suatu organisasi yang dinamis dan sistem psikofisik
individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas
sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya” (Allport, 1951).
Ada pengertian
populer yang menyebutkan kepribadian adalah kualitas seseorang yang menyebabkan
ia disenangi atau disegani oleh orang lain.
·
Watak (Karakter)
Watak adalah
kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan kemauan sehingga
orang tersebut bertindak. Jadi, dimaksudkan bahwa kepribadian seseorang
menunjukkan tindakan akibat kemauan yang teguh dan kukuh maka ia dinamakan
seseorang yang berwatak atau sebaliknya.
Menurut Sumadi
(1985), watak adalah keseluruhan atau totalitas kemungkinan-kemungkinan
bereaksi secara emosional dan volisional seseorang yang terbentuk selama
hidupnya oleh unsur-unsur dari dalam (dasar, keturunan, dan faktor-faktor
endogen) dan unsur-unsur dari luar (pendidikan dan pengalaman, serta
faktor-faktor eksogen). Kata watak dipergunakan apabila orang bermaksud
mengenakan norma-norma pada orang yang sedang dibicarakan misalnya ungkapan:
“ia orang yang pandai, tetapi sayang tidak berwatak dan ia orang terdidik tapi
tak punya watak”.
·
Tabiat (temperamen)
Tabiat adalah
kepribadian yang lebih bergantung pada keadaan badania. Secara singkat dapat di
katakan bahwa tabiat adalah konstitusi kejiwaan.
Menurut Allprot tabiat adalah
“gejala karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk mudah tidaknya
terkena rangsangan emosi, kekuatan dan kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan
suasana hati secara fluktuasi dan intensitas suasana hati, serta bergantung
pada faktor, konstitusional, yng karenanya terutam berasal dari keturunan”.
Jadi ,tabiat sifatnya turun menurun dan tidak dapat di ubah oleh
pengaruh-pengruh dari luar.
2.4 Kepribadian Berdasarkan Pendekatan Biologi
Perspektif/pendekatan biologis yaitu
sebuah pendekatan psikologi yang menekankan pada berbagai peristiwa yang
berlangsung dalam tubuh mempengaruhi perilaku, perasaan dan pikiran seseorang.
Perspektif Biologis memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu bidang psikologi
yang nenekankan pada mekanisme evolusi yang membantu menjelaskan kesamaan di
antara manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi praktek-praktek sosial, dan
area-area lain dari perilaku.
Teori dalam perspektif biologi yang
mempelajari perilaku genomik yang mempertimbangkan bagaimana gen mempengaruhi
perilaku. Pendekatan biologis berpendapat bahwa perilaku sebagian diwariskan
dan memiliki fungsi (atau evolusi) adaptif.
Dalam pendekatan biologis
menjelaskan bahwa setiap perilaku seseorang mendapatkan pengaruh biologis.
Seperti halnya pengaruh hormonal dalam tubuh dan sistem syaraf dipandang
memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku seseorang. Dimana dalam ilmu
psikologi itu adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku-perilaku manusia.
Contohnya, tindakan agresi atau kekerasan yang dilakukan seseorang itu karena
dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis.
Psikolog biologi menjelaskan
perilaku dalam hal neurologis, yaitu fisiologi dan struktur otak dan bagaimana
ini mempengaruhi perilaku. Banyak psikolog biologis telah berkonsentrasi pada
perilaku abnormal dan telah mencoba untuk menjelaskannya. Misalnya psikolog biologi
percaya bahwa skizofrenia dipengaruhi oleh tingkat dopamine (neurotransmitter).
2.5 Kepribadian Berdasarkan Pendekatan Psikoanalisis
menurut Freud, Jung, Sullivan, dan
Erikson
Ø Sigmund Freud
(1856-1939)
Menurut Freud kepribadian dibagi terdiri atas tiga sistem atau aspek,
yaitu:
1.
Das Es (the id), yaitu aspek
biologis
Das Es atau dalam bahasa inggris the
Id disebut juga oleh FREUD System der Unbewussten. Aspek ini adalah aspek
biologis yang merupakan sistem yang orisinil dalam kepribadian, dari aspek
inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Das Es berisikan hal-hal yang dibawa sejak
lahir (unsur-unsur biologis), termasuk instink-instink. Das Es merupakan
“reservoir” energi psikis yang menggerakkan Das Ich dan Das Uber Ich. Energi
psikis di dalam Das Es itu dapat meningkat oleh perangsang, baik perangsang
dari luar maupun dari dalam. Apabila energi itu meningkat, maka akan
menimbulkan tegangan, dan ini menimbulkan pengalaman tidak enak yang oleh Das
Es tidak dapat dibiarkan, karena itu apabila energi meningkat yang berarti ada
tegangan, segeralah Das Es mendiskusikan energi itu untuk menghilangkan rasa
tidak enak itu.
2.
Das Ich (the ego), yaitu aspek
psychologis
Das Ich atau dalam bahasa Inggris
the ego merupakan kepribadianyang timbul karenakebutuhan organisme untuk
berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (realitas). Di dalam fungsinya,
Das Ich berpegang pada “prinsip kenyataan” atau “prinsip realita” dan bereaksi
dengan proses sekunder. Das Ich dapat pu;la dipandang sebagai aspek eksekutip
dari pada kepribadian, oleh karena itu Das Ich mengontol jalan-jalan yang
ditempuh, memilih kebutuhan yang dapat dipenuhi serta cara untuk memenuhinya,
serta memilih objek yang dapat memenuhi kebutuhan.
3.
Das Ueber Ich (the super ego), yaitu
aspek sosiologis.
Das Ueber Ich adalah aspek
sosiologis dari kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisionals
serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada
anak-anaknya, yang dimasukkan dengan berbagai perintah dan larangan. Das Ueber
Ich lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu Ueber Ich
dapat pula dianggap sebaga aspek moral daripada kepribadian. Fungsi pokoknya
adalah unyuk menentukan apakah benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau
tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sebagai moral masyarakat.
Freud berpendapat bahwa anak samaoi
umur 5 tahun melewati fase yang terdeferensiansikan secara dinamis,kemudian
sampai umur 12 tahun atau 13 tahun mengalami fase latent, yaitu dinamika
menjadi lebih stabil bagi Freud masa sampai umur 20 tahun adalah masa yang
menentukan kepribadian. Tiap fase (dari lahir samapi kira-kira umur 5 tahun)
ditentuka atas dasar cara-cara reaksibagian tubuh tertentu. Adapun fase-fase
tersebut ialah:
1.
Fase Oral
·
Terjadi sekitar usia 0 bulan-2
tahun
·
Berpusat kepada pemuasan id di
daerah oral
·
Tugas perkembangan fase oral adalah
memperoleh rasa percaya, yaitu percaya kepada orang lain , dunia, dan diri
sendiri
·
Apabila anak tidak mendapatkannya
maka akan terjadi gangguan pada tahap perkembangan berikutnya yaitu
permasalahan dalam berhubungan dengan orang lain- gangguan interpersonal
·
Contoh: mengunyah permen karet
(agresif), merokok, makan yang berlebihan (pasif)
2.
Fase Anal
·
Usia 1 sampai dengan 3 tahun
·
Toilet training, pengalaman pertama dalam
disiplin
·
Tugas perkembangan memperoleh kemandirian, kekuatan
dan otonomi
·
Sikap orang tua sangat dalam fase ini sangat
berpengaruh kepada pembentukan keperibadian
·
Contoh: sangat rapi dan teratur(terlalu bagus)
ceroboh, sembrono (gagal)
3.
Fase Falik
·
Usia 3-6 tahun
·
Aktivitas seksual dimulai dan menjadi intens. E.g.
masturbasi
·
Periode perkembangan nurani
·
Jika orangtua menanamkan nilai moral yang berlebihan
dapat menyebabkan pengendalian superego yang berlebihan
·
Anak-anak perlu menerima perasaan-perasaan seksualnya
sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya secara sehat
·
Gagal dalam fase ini dapat menyebabkan
perasaan-perasaan yang membingungkan sehubungan dengan identitas peranan
seksualnya
·
Contoh: Oedipus complex,electra complex
4.
Fase Laten
·
Usia 6-12 tahun
·
Energi seksual menurun/ tidak begitu dominan
digantikan dengan ketertarikan pada keinginan untuk bersosialisasi
·
Ditandai dengan tumbuhnya minat untuk mengeksplorasi
hobi dan kegiatan baru
·
Berhasil pada fase ini akan berdampak pada perasaan
mampu dan inisiatif
·
Gagal dalam fase ini berdampak pada rendahnya rasa
percaya diri
5.
Fase
Genital
·
Dimulai usia 12-60 sampai
seterusnya
·
Tiap fase dibangun berdasarkan fase
sebelumnya
·
Fase ini seseorang harus bisa
indpendent dari orang tuanya
·
Fase ini seseorang harus bisa
menghadapi dan menyelesaikan konflik psikoseksual dari masa lalunya
·
Fase ini berpusat pada genital, yang
sifatnya konsensual dan dewasa, bukan yang kekanak-kanakan. Jadi ada pergeseran
dari cara mengekspresikannya tidak lagi berbentuk insting tetapi lebih bersifat
simbolis dan intelektual.contoh: hubungan cinta, keluarga
·
Contoh: impoten, ketidakpuasan
dengan hubugan yang ada.
Ø
Carl
Gustav Jung
Ø
Menurut teori Jung, pikiran atau
psikis terbagi menjadi tiga bagian: (1) ego sadar (2) ketidaksadaran personal,
dan (3) ketidaksadaran kolektif
Ego sadar. Ego yang dikemukakan oleh Jung ini sangat mirip dengan ego yang diajukan oleh Freud dalam hal cakupan dan artinya, yaitu aspek dari kepribadian yang disadari ditambah dengan perasaan akan diri (Jung percaya bahwa identitias personal ini, atau ego, berkembang ketika individu berusia sekitar empat tahun).
Ketidaksadaran personal. Komponen pikiran kedua yang dikemukakan oleh Jung, ketidaksadaran personal (personal unconscious), berisikan pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan yang bukan merupakan bagian dari kesadaran saat ini, akan tetapi sesungguhnya masih tetap dapat diakses. Ketidaksadaran personal ini berisi pemikiran-pemikiran dan dorongan-dorongan yang tidak penting pada masa kini, seperti halnya pemikiran dan dorongan yang ditekan secara aktif karena sifatnya yang mengancam ego. Sebagai contoh: ketika anda berada di salah satu kuliah psikologi, anda tidak akan berpikir mengenai kencan anda semalam. Informasi tersebut tidak ditekan ke bawah sadar, hanya saja saat itu sedang tidak diperlukan atau tidak relevan dengan kondisi yang ada. Rekan yang duduk di samping anda mungkin memiliki rasa benci dan dendam yang mendalam kepada saudara kandungnya karena persaingan di masa lalu, namun dibesarkan di keluarga yang sangat menjunjung tinggi rasa cinta pada keluarga. Orang tersebut mungkin menekan dendam yang dirasakannya karena ia ingin keluarganya melihat dirinya sebagai orang yang “baik”. Kedua pemikiran dan dorongan tersebut oleh Jung dianggap sebagai bagian dari ketidaksadaran personal.
Jung juga memandang ketidaksadaran personal mencakup materi masa lalu (retrospektif) dan masa depan (prospektif). Pemikiran ini berkembang dari observasi Jung terhadap para pasiennya yang mengalami mimpi yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa dan persoalan-persoalan masa depan. Hal ini bukan berarti bahwa mereka “melihat” masa depan, namun lebih bahwa mereka merasakan hal-hal yang mungkin akan terjadi. Pada akhirnya, Jung percaya bahwa ketidaksadaraan personal ada untuk mengimbangi ide-ide dan sikap-sikap sadar, yaitu jika pandangan sadar seseorang hanya melihat satu sisi, ketidaksadaran personal mungkin akan melihat sudut pandang yang sebaliknya melalui mimpi atau cara lain, sebagai usaha untuk mengembalikan keseimbangan yang dimaksud.
Ketidaksadaran Kolektif. Komponen ketiga dari psikis, oleh Jung disebut sebagai ketidaksadaran kolektif (collective unconscious). Mungkin yang paling controversial adalah fakta bahwa ketidaksadaran kolektif ini melibatkan tingkat yang lebih dalam dari ketidaksadaran dan dibentuk oleh symbol emosional yang sangat kuat yang disebut sebagai arketipe (archetype). Gambaran ini sudah dikenal oleh banyak orang dan telah terbentuk sejak awal mula kehidupan. Arketipe-arketipe ini berasal dari reaksi-reaksi emosional nenek moyang kita terhadap peristiwa-peristiwa yang terus menerus berulang, seperti terbit dan tenggelamnya matahari, perubahan musim, dan hubungan interpersonal yang terus menerus muncul seperti hubungan ibu dan anak. Adanya arkatipe atau pola-pola emosi tertentu mempengaruhi kita untuk berperilaku danlam cara yang terprediksi terhadap stimulus yang umum. Jung mendeskripsikan banyak arketipe yang berbeda-beda, seperti arketipe pahlawan, orang tua yang bijak, yang seccara jelas muncul dalam film-film seperti Star Wars.
Ego sadar. Ego yang dikemukakan oleh Jung ini sangat mirip dengan ego yang diajukan oleh Freud dalam hal cakupan dan artinya, yaitu aspek dari kepribadian yang disadari ditambah dengan perasaan akan diri (Jung percaya bahwa identitias personal ini, atau ego, berkembang ketika individu berusia sekitar empat tahun).
Ketidaksadaran personal. Komponen pikiran kedua yang dikemukakan oleh Jung, ketidaksadaran personal (personal unconscious), berisikan pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan yang bukan merupakan bagian dari kesadaran saat ini, akan tetapi sesungguhnya masih tetap dapat diakses. Ketidaksadaran personal ini berisi pemikiran-pemikiran dan dorongan-dorongan yang tidak penting pada masa kini, seperti halnya pemikiran dan dorongan yang ditekan secara aktif karena sifatnya yang mengancam ego. Sebagai contoh: ketika anda berada di salah satu kuliah psikologi, anda tidak akan berpikir mengenai kencan anda semalam. Informasi tersebut tidak ditekan ke bawah sadar, hanya saja saat itu sedang tidak diperlukan atau tidak relevan dengan kondisi yang ada. Rekan yang duduk di samping anda mungkin memiliki rasa benci dan dendam yang mendalam kepada saudara kandungnya karena persaingan di masa lalu, namun dibesarkan di keluarga yang sangat menjunjung tinggi rasa cinta pada keluarga. Orang tersebut mungkin menekan dendam yang dirasakannya karena ia ingin keluarganya melihat dirinya sebagai orang yang “baik”. Kedua pemikiran dan dorongan tersebut oleh Jung dianggap sebagai bagian dari ketidaksadaran personal.
Jung juga memandang ketidaksadaran personal mencakup materi masa lalu (retrospektif) dan masa depan (prospektif). Pemikiran ini berkembang dari observasi Jung terhadap para pasiennya yang mengalami mimpi yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa dan persoalan-persoalan masa depan. Hal ini bukan berarti bahwa mereka “melihat” masa depan, namun lebih bahwa mereka merasakan hal-hal yang mungkin akan terjadi. Pada akhirnya, Jung percaya bahwa ketidaksadaraan personal ada untuk mengimbangi ide-ide dan sikap-sikap sadar, yaitu jika pandangan sadar seseorang hanya melihat satu sisi, ketidaksadaran personal mungkin akan melihat sudut pandang yang sebaliknya melalui mimpi atau cara lain, sebagai usaha untuk mengembalikan keseimbangan yang dimaksud.
Ketidaksadaran Kolektif. Komponen ketiga dari psikis, oleh Jung disebut sebagai ketidaksadaran kolektif (collective unconscious). Mungkin yang paling controversial adalah fakta bahwa ketidaksadaran kolektif ini melibatkan tingkat yang lebih dalam dari ketidaksadaran dan dibentuk oleh symbol emosional yang sangat kuat yang disebut sebagai arketipe (archetype). Gambaran ini sudah dikenal oleh banyak orang dan telah terbentuk sejak awal mula kehidupan. Arketipe-arketipe ini berasal dari reaksi-reaksi emosional nenek moyang kita terhadap peristiwa-peristiwa yang terus menerus berulang, seperti terbit dan tenggelamnya matahari, perubahan musim, dan hubungan interpersonal yang terus menerus muncul seperti hubungan ibu dan anak. Adanya arkatipe atau pola-pola emosi tertentu mempengaruhi kita untuk berperilaku danlam cara yang terprediksi terhadap stimulus yang umum. Jung mendeskripsikan banyak arketipe yang berbeda-beda, seperti arketipe pahlawan, orang tua yang bijak, yang seccara jelas muncul dalam film-film seperti Star Wars.
Ø
Erik Erikson (15 Juni 1902)
Erikson mengembangkan
teori psikososial sebagai pengembangan dari teori psiko analisis dari
Freud. Di dalam toeri psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan individu
selama siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan
individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis.
Inti teori Erikson, yaitu:
a.
Perkembangan emosional sejajar
dengan peryumbuhan fisik.
b.
Adanya interaksi anatara pertumbuhan
fisik dan perkembanga psikologis.
c.
Adanya keteraturan yang sama antara
pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
d.
Dalam menuju kedewasaan,
perkembangan psikologis, biologis, dan sosial akan menyatu.
e.
Setiap anak adalah gabungan dari
organisme, ego, dan makhluk sosial.
f.
Perkembangan manusia dari lahir
hingga akhir hayat dibagi menjadi 8 fase, dengan tugas-tugas perkembangan yang
harus diselesaikan pada setiap fase.
Ø
Harry Stack Sullivian
Sullivian merupakan pencipta segi
pandangan baru tentang psikologi yang dikenal dengan nama interpersonal theory of psychiatry.
Keterkaitn teori psikologi interpersonal dengan psikologi kepribaian yaitu,
teori ini mengajarkan “pola yang relative menetap dari situasi-situasi antar
pribadi yang berulang yang menjadi ciri kehidupan manusia”.
Sullivian menguraikan enam tahap
perkembangan kepribadian. Ke enam tahap tersebut adalah:
1.
Masa Bayi
Masa
bayi mulai dari lahir sampai saat belajar bicara. Ini adalah masa dimana daerah
oral merupakan daerah utama dalam interaksi antara bayi dan lingkungannya.
Perawatan yang diberikan Ibu memberikan bayi pengalaman anatr pribadi yang
pertama. Segi lingkungan yang menonjol pada masa bayi adalah benda yang
menyediakan makanan kepada bayi yang lapar.
2.
Masa kanak-kanak
Salah
satu peristiwa dramatik dalam masa kanak-kanak adalah transformasi jahat, yakni
perasaan bahwa orang hidup diantara msuh-musuh. Transformas jahat merusakkan
hubungan antar pribadi anak dan menyebabkan anak mengisolasikan diri.
3.
Masa Juvenile (Pueral)
Tahap
Juvenile berlangsung sepenjang sebagian besar tn-tahun sekolah dasar. Inilah
masa untuk belajar menjadi sosial, mempenduk pada troleh pengalaman-pengalaman
tunduk pada tokoh autoritas diluar keluarga, bersaing dan bekerjasama,
mempelajari arti mengasingkan diri dari pergaulan, penghinaan, dan perasaan
kelompok.
4.
Masa Pra-adolesen
Masa
pra-adolesen yang relatif singkat ditandai oleh kebutuhan akan hubugan yang
akrab dengan kawan sejenis, sahabat yang dapat dipercaya, dan dapat dipercaya
dalam melaksanakan tugas-tugas dan memecahkan masalah-masalah hidup. Inilah
masa yang sanagt penting, karena masa ini menadakan permulaan hubungan
manusiawi sejati dengan orang lain. Paa masa ini, ana mulai membangun hubungan
dengan kawan sebayanya diamama terdapat persamaan, kerjasama, tindakan timbal
balik diantara anggota lainnya.
5.
Masa Adolesen Awal
Tantangan
utama masa adolesen awal adalah mengembangkan pola aktivitas heteroseksual.
Perubahan fisiologis pada pubertas dialami oleh remaja sebagai perasaan birahi,
dari perasaan ini timbulah dinamisme birahi dan mulai menampak dalam
kepribadian.
6.
Masa Adolesen Akhir
Masa
adolesen akhir dimulai ketika anak-anak muda sanggup merasakan nafsudan
keintiman terhada satu orang yang sama, dan ini berakhir pda masa dewasa saat
mereka sanggu membangun sebuah cinta yang abadi.
BAB
III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Sujanto, Agus.
1999. Psikologi Kepribdian. Jakarta:
Bumi Aksara
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:
EGC
Calvin S. Hall,
dan Gardner Lindzey. 1993. Psikologi Kepribadian I. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
fazan.web.id
www.academia.edu
TEORI DAN
KONSEP KEPRIBADIAN
OLEH
BAGUS MAULANA
152310101188
PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2015
Komentar
Posting Komentar